MELAWAN FENOMENA POPULISME DENGAN SEMANGAT PANCASILA SEBAGAI DASAR PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

Mathias Jebaru Adon

Abstract


Populisme mencuat di tengah situasi ekonomi yang tidak menguntungkan dan kegagalan para politikus moderat menyelesaikan masalah. Ketegangan ini digunakan pemimpin dan partai populis untuk berkuasa dan menguasai oposisi. Mereka menggunakan sentimen-sentimen keagamaan dan identitas-identitas sektarian untuk mendapat dukungan rakyat. Berdasarkan hal itu, penelitian studi ini memiliki tujuan menguraikan persoalan popoulisme dalam politik global, bagaimana konservatisme agama berkembang dan contoh pemimpin populis Trump yang menunjukkan keterkaitan erat antara konservatisme agama dan populisme. Metodologi yang digunakan dalam studi ini ialah penelitian kepustakaan dengan pendekatan fenomenologi perkembangan politik populisme dalam kaitannya dengan konservatisme agama baik dalam kancah politik global yang nampak dalam kampanye politik Trump yang menggunakan sentiment keagamaan. Isu yang sama yang digunakan saat kompanye pemilihan kepala daerah di Indonesia. Berhadapan dengan fenomena ini, Indonesia mengarahkan pandangannya pada Pancasila sebagai landasan dalam membangun persaudaraan dan persatuan. Pancasila lahir dari harapan agar bangsa Indonesia dapat bersaudara satu dengan yang lain kendati beraneka ragam.


Full Text:

PDF 81-92

References


Dhakidae, D. (2016). Trumpisme. Kompas.

Garadian, E. A. (2017). Membaca Populisme Islam Model Baru. Studia Islamika, 24(2). https://doi.org/10.15408/sdi.v24i2.5708

Hadiz, V. (2016). Islamic Populism in Indonesia and the Middle East. Cambridge University Press.

Hanafi, H. (2018). Hakekat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia (Sebuah Tinjauan Kontekstual Positif Sila Ketiga Pancasila). Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 3(1), 56–63. https://doi.org/10.17977/um019v3i12018p056

Kleden, F. (2016). Membaca Fenomena ISIS (Islamic State Of Iraq And Syria) Dan Strategi Membangun Damai, dalam Agama dan Terorisme. In VOX Para Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. STFK Ledalero.

Kusumo, R., & Hurriyah. (2018). Populisme Islam di Indonesia : Studi Kasus Aksi Bela Islam oleh GNPF-MUI Tahun 2016-2017. Jurnal Politik, 4(1).

Latif, Y. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (Jakarta (Ed.)). Gramedia Pustaka Utama.

Madung, O. G. (2018). Populisme, Krisis Demokrasi, Dan Antagonisme | Populism, the Crisis of Democracy, and Antagonism. Jurnal Ledalero, 17(1), 58. https://doi.org/10.31385/jl.v17i1.129.58-76

Margiansyah, D. (2019). Populisme di Indonesia Kontemporer: Transformasi Persaingan Populisme dan Konsekuensinya dalam Dinamika Kontestasi Politik Menjelang Pemilu 2019. Jurnal Penelitian Politik, 16(1), 47. https://doi.org/10.14203/jpp.v16i1.783

Mohamad, G. (2016). “Trump.†Tempo.

Prayogi, I., & Adela, F. P. (2019). Populisme Islam dan Imajinasi Politik dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 11(2), 31–43. https://doi.org/10.32734/politeia.v11i2.1083

Ritonga, A. D. (2020). Mencermati Populisme Prabowo Sebagai Bentuk Gaya Diskursif Saat Kampanye Politik Pada Pemilihan Presiden 2019. Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 12(1), 1–13. https://doi.org/10.32734/politeia.v12i1.3170

Riyanto, A. (2013). Menjadi Mencintai: Berfilsafat Sehari-Hari. Kanisius.

Riyanto, A. (2015). Kearifan Lokal-Pancasila Butir-butir Filsafat “Keindonesiaan.†In A. Riyanto, J. Ohoitimur, C. B. Mulyatno, & O. G. Madung (Eds.), Kearifan Lokal-Pancasila Butir-Butir Filsafat Keindonesian. Kanisius.

Riyanto, A. (2014). “Kebahagiaan†Itu Tidak Ada: Puisi-Puisi Auschwitz. In E. R. L. Tinambunan & K. Bala (Eds.), Di mana Letak Kebahagiaan? Penderitaan Harta, Paradoksnya (Tinjauan Filosofis Teologis). STFT Widya Sasana Malang.

Waswas Trump. (2016). Tempo.




DOI: https://doi.org/10.35194/jpphk.v11i2.1775

DOI (PDF 81-92): https://doi.org/10.35194/jpphk.v11i2.1775.g1378

JPPHK (Jurnal Pendidikan Politik, Hukum Dan Kewarganegaraan) INDEXED BY :

   

Â