Tuturan Pedagang-Pembeli dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Abstract
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud kode bahasa yang digunakan dalam tuturan pedagang dan pembeli di pasar tradisional Pasar Induk Cianjur dilihat dari jenis kelamin pengguna, dampak penggunaan kode bahasa terhadap terjadinya transaki jual beli yang dilakukan, serta pemanfaatan kode bahasa untuk peningkatan keterampilan berbahasa para pemuda dalam berwirausaha. Data berupa percakapan yang diambil dari pedagang dan pembeli berdasarkan jenis kelamin, data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan bahasa Sunda dengan dialek Cianjur digunakan pada setiap tuturan dengan diksi prefix sa- seperti dalam kata sabaraha dan sakitu. Diksi lain yaitu dengan akhiran –na dalam kata “wayahnaâ€, akhiran –eun seperti dalam kata “sarebuenâ€dan lain-lain. Terdapat dua pilihan tingkat tutur yaitu tingkat tutur halus (lemes) dan loma (akrab) yang dipergunakan baik dalam tuturan pedagang ataupun pembeli. Pedagang perempuan paling banyak menggunakan tingkat tutur lemes dengan hampir 27,72 % dari seluruh tuturan yang ada dalam percakapan. pedagang laki-laki berada di urutan selanjutnya yaitu dengan menggunakan sekitar 10,44 % tuturannya menggunakan bahasa lemes. Lalu pembeli laki-laki dengan 24,36 % dan paling jarang adalah pembeli perempuan yang hanya menggunakan14,63 % ujarannya untuk berkata halus.
Kata kunci: kode bahasa, tingkat tutur, jenis kelamin, pedagang, pembeli.
This article aims to describe the form of language codes used in the speech of traders and buyers in the traditional markets of Pasar Induk Cianjur viewed from the user's gender, the impact of the use of language codes on the occurrence of buying and selling transactions carried out, as well as the use of language codes to improve the language skills of young people in entrepreneurship. Data in the form of conversations taken from traders and buyers by sex, data were analyzed descriptively qualitatively. Based on the results of research on the use of Sundanese with the Cianjur dialect used in each speech with the prefix diction as in the words sabaraha and sakitu. Another translation is the suffix -na in the word "wayahna", the suffix -un as in the word "sarebuen" and others. There are two choices of speech level, they are the level of soft speech (lemes) and loma (familiar) which are used both in the speech of traders and buyers. Female traders use the most speech level lemes with almost 27.72% of all speech in the conversation. Male traders are in the next sequence, namely by using about 10.44% of the speech using lemes language. Then male buyers with 24.36% and most rarely are female buyers who only use 14.63% of their utterances to say fine.
Keywords: language code, speech level, gender, trader, buyer.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Chaer, Abdul.,dan Leonie Agustina. 2003. Psikolinguistik: KajianTeoretik.Jakarta: PT RinekaCipta.
____.2004. Sosiolinguistik: PerkenalanAwal (EdisiRevisi). Jakarta: PT.RinekaCipta.
Nababan. 1986. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Pateda, Mansur. 1987. Sosiolinguistik. Bandung : Angkasa
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. ProsedurPenelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Suwito, 1983. Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta : Fakultas Sastra Universitas 11 Maret.
DOI: https://doi.org/10.35194/jd.v1i2.581
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Dinamika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya indexed by:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.